Beranda

Sejarah

Foto Aki

Sang Pendiri

KH. Ach. Sarkosi Subki

Dilahirkan dari Bapak seorang Kyai terpandang di zamannya, yaitu KH. Subki dengan istri Hj. Naerah, pada tahun 1943, KH. A. Sarkosi Subki mendapatkan pendidikan ilmu agama yang ketat dan penuh disiplin dari orang tuanya. Di Pesantren orang tuanya, KH. A. Sarkosi Subki mendapatkan berbagai pengajaran ilmu agama.

Rihlah

Selanjutnya disamping mendapatkan pendidikan formal di SMPN I Jatiwangi, KH. A. Sarkosi Subki nyantri di Pesantren Raudlatul Mubtadiin Cisambeng, diteruskan ke Pesantren Ciwaringin di bawah pengasuhan Kyai kharismatik, KH. Amin (Kyai Sepuh) dan KH. Sanusi (Kyai Anom) serta Embah KH. Abdul Hannan. Pendidikan pesantren dilanjutkan ke Pondok Pesantren Ma’hadul Ilmu asy Syar’i (Sarang, Lasem, Rembang, Jawa Tengah) di bawah asuhan Embah KH. Imam Kholil, Embah KH. Ahmad dan Embah KH. Zubair Dahlan (ayahanda Embah KH. Maimun Zubair) yang nama pesantrennya adalah Mansyaul Huda, nama yang kemudian digunakan sebagai nama pesantren yang didirikan oleh KH. A. Sarkosi Subki.

Rumah Tangga

Pada tahun 1966, KH. A. Sarkosi Subki menikah dengan Hj. Wardatul Jannah, putri dari Bapak H. Saroni dan Ibu Hj. Siti Aisah. Dari pernikahan ini Beliau dikaruniai 7 orang anak, terdiri atas 3 orang putera (1 almarhum) dan 4 orang puteri. Alhamdulillah seluruh putera-puteri beliau sudah berkeluarga dan mengenyam pendidikan tinggi.

Dakwah

Tidak lama setelah mendirikan Pesantren, Beliau aktif di kepengurusan Partai NU Kab. Majalengka, suatu tindakan yang tergolong berani karena pemerintah saat itu sangat mengawasi partai-partai politik, terutama yang berada di luar partai pemerintah. Keaktifan beliau di NU semata-mata ingat wasiat KH. Sanusi, “Kamu harus NU”. Pesan itu bukan memerintahkan untuk menjadi pengurus NU tapi agar keyakinan dan amaliyahnya NU. Hal inilah yang membuat KH. A. Sarkosi Subki memiliki keyakinan untuk terjun total ke dalam NU, dan tidak ragu-ragu untuk sekalian menjadi pengurus NU.

Hikmah aktif sebagai pengurus NU itulah yang membuat KH. A. Sarkosi Subki dapat bersilaruhim dan memiliki akses ke berbagai kalangan. Antara lain ke Pesantren Kempek, yang meskipun pada awalnya para Kyainya bukan guru namun kemudian menjadi guru, seperti KH. Umar, KH. Nasir, dan KH. Aqil. Begitu juga dengan pesantren Buntet, KH. A. Sarkosi Subki memiliki hubungan baik dengan KH. Jawahir, KH. Abdullah Abbas, KH. Mustamid Abbas, dan KH. Fuad Hasyim. Bahkan Beliau sangat dekat dengan KH. Fuad Hasyim hingga akhir hayatnya.

Doktor Amerika

Kiprah KH. A. Sarkosi Subki disamping sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Mansyaul Huda juga sangat aktif dalam berbagai keorganisasian. Berbagai jabatan yang pernah dan sedang dijabat oleh KH. A. Sarkosi Subki adalah antara lain Dewan Penasehat MUI Jawa Barat, Mustasyar NU Jawa Barat, Rois Tsani Thariqah NU Jawa Barat, Dewan Penasehat Pagar Nusa Jawa Barat, Ketua Penasehat MUI Kab. Majalengka, Ketua Dewan Pertimbangan Bazis Kab. Majalengka, Ketua Forum Kerukunan antar Umat Beragama (FKUB) Kab. Majalengka, Rois Thariqoh NU Kab. Majalengka, Ketua KBIH An Nahdliyah Kab. Majalengka, Ketua FKPP Kab. Majalengka, Pembina STIKKU Kuningan dan Pembina Yayasan Waladun Shalih Kab. Majalengka, Pembina Yayasan Achmad Sarkosi Subki. Atas keaktifan berkiprah di berbagai organisasi sosial kemasyarakatan di Kabupaten Majalengka dan Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2003 KH. A. Sarkosi Subki dianugerahi gelar kehormatan Doctor Honoris Causa di bidang manajemen oleh Chicago International University

Sang Pengasuh

Tarmidzi Asfari

beliau merupakan putra ke empat dari pasangan  H. Abdul Hamid serta Hj. Juariyah, lahir pada 09 Desember 1968 di Kampung Pasantren Blok Sabtu Desa Ranjiwetan Kec. Kasokandel Kab. Majalengka

Rihlah

Belajar alquran secara talaqqi dan ilmu nahw shorof kepada Kyai Abdul matin atau lebih dikenal dengan sebutan Mama kyai Atin sedari kecil sampai tahun 1983

Kemudian melanjutkan rihlah agamanya kepada beliau DR. KH. Ach. Sarkosi Subki Pengasuh Pesantren Mansyaul Huda di Desa Heuleut Kec. Kadipaten Kab. Majalengka 

Pada tahun 1989 beliau disuruh pindah mengaji kepada Mbah KH. Munawir Muslih Pengasuh Pesantren Raudlat at Thalibin dan menetap di Komplek Syahida Pimpinan KH. Mahmud Salim Desa Tanggir Kab. Tuban Jawa Timur

Cikal Bakal

lantas pada tahun yang sama tepatnya pada Hari Ahad 30 oktober 1989 beliau menikah dengan seorang bernama Iis Kholisoh yang merupakan putri ke 5 dari Bapak H. Muhammad Ma’mun dan Hj Emoh Muslimah (Kakak dari DR. KH. Ach. Sarkosi Subki) di Kampung Pasantren.

Sejak saat itulah kiai kami mulai merintis pesantren, bermula dari satu dua orang yang ingin belajar ngaji, ada yang dari tetangga Desa, ada yang dari Bantaragung Sindangwangi ada juga dari daerah wilayah Kab. Majalengka bahkan ada yang dari Lampung Sumatera Selatan,  semakin lama semakin bertambah atas perintah Syaikina DR. KH. Ach. Sarkosi Subki tepat pada 10 November tahun 2000, diberi nama Asasul Huda langsung oleh beliau.